Jejak di Atas Pasir

Jejak Di Atas Pasir

Jejak di Atas Pasir


Di tepi pantai yang tenang, angin malam membawa aroma laut yang segar. Bintang-bintang berkilauan di langit, menciptakan kilau lembut di permukaan air yang beriak. Hannah berjalan sendirian, kakinya menciptakan jejak di atas pasir lembut yang dingin. Setiap langkahnya meninggalkan pola sementara, yang segera dihanyutkan oleh gelombang yang datang dan pergi.

Sejak perpisahan dengan Alex dua bulan lalu, Hannah merasa hidupnya terhenti di tempat yang sama. Meski waktu berlalu, hatinya masih membeku di titik itu. Selama mereka bersama, setiap malam adalah perjalanan kecil di sepanjang pantai ini, tempat di mana mereka saling berbagi cerita dan impian. Kini, pantai ini hanya menyisakan kenangan dan rasa sakit yang sulit dilupakan.

Hannah duduk di tepi pantai, menatap horizon yang gelap. Laut dan langit seolah menyatu dalam satu kesatuan yang misterius. Ia menarik napas dalam-dalam, berusaha mengusir rasa sedih yang menyelimutinya. Namun, tanpa diduga, sebuah cahaya lembut muncul dari kejauhan, menarik perhatian Hannah. Dari antara kegelapan, tampak sebuah lampion terbang dengan perlahan, menyebar cahaya hangat di udara malam.

Hannah mengikuti lampion itu dengan matanya hingga lampion itu menurun dan mendarat tidak jauh darinya. Dengan rasa ingin tahu, ia mendekati lampion dan menemukan sebuah kertas kecil terikat di tali. Ia membuka kertas itu dan membacanya.

“Jika kamu menemukan pesan ini, maka kamu adalah orang yang tepat. Temui aku di tepi pantai yang sama di mana kita pertama kali bertemu. Aku menunggumu.”

Di bawah tulisan itu, tidak ada nama. Hannah merasa terkejut. Setiap kata seakan menyentuh hati yang telah lama terkurung dalam kesedihan. Rasa penasaran menggantikan rasa sakit, dan ia memutuskan untuk mengikuti petunjuk di pesan tersebut.

Keesokan harinya, setelah menyegarkan diri dan berusaha untuk kembali ke rutinitas, Hannah kembali ke pantai yang sama. Ia tiba di sana menjelang sore, ketika matahari mulai merunduk di cakrawala. Angin laut berhembus lembut, dan suasana pantai tampak damai.

Hannah mencari-cari di sekitar pantai, berharap menemukan seseorang yang bisa menjelaskan pesan lampion semalam. Setelah beberapa saat, dia melihat seorang pria berdiri di dekat batu besar di pinggir pantai. Pria itu memandang ke arah laut, tampak seperti sedang menunggu seseorang.

Hannah merasa ragu-ragu, tapi tekadnya lebih kuat. Ia mendekati pria tersebut, dan saat pria itu menoleh, Hannah merasakan jantungnya berdebar. Pria itu memiliki mata coklat yang dalam dan senyuman yang penuh kehangatan. Ia mengenakan kemeja putih dan celana panjang biru, seakan menyanjung suasana pantai yang santai.

“Maaf jika aku mengganggu,” Hannah memulai, “aku menemukan lampion dan pesan ini kemarin malam. Apakah kau yang mengirimkannya?”

Pria itu tersenyum lembut dan mengangguk. “Ya, aku yang mengirimkannya. Nama saya Adrian. Aku ingin bertemu denganmu karena ada sesuatu yang penting yang ingin aku katakan.”

Hannah duduk di dekat Adrian, mencoba meredakan kegugupannya. “Apa yang ingin kau katakan?”

Adrian menarik napas dalam-dalam, seakan mengumpulkan kata-kata yang tepat. “Sebenarnya, aku tidak tahu bagaimana memulainya. Tapi aku percaya bahwa kita bertemu di sini karena alasan tertentu. Aku melihatmu beberapa kali di pantai ini, dan setiap kali aku merasa seolah kita memiliki sesuatu yang belum selesai.”

Hannah merasa bingung dan sedikit skeptis. “Kita belum pernah bertemu sebelumnya, bukan?”

Adrian menggeleng. “Tidak secara langsung. Tapi aku selalu merasa ada koneksi yang aneh. Seperti kita memiliki ikatan yang tak terlihat. Mungkin ini terdengar gila, tapi aku merasa bahwa kamu bisa memahami perasaanku.”

Hannah tersenyum kecil. “Aku merasa aneh, tapi aku juga merasa ada sesuatu yang menarik tentangmu. Namun, aku baru saja mengalami perpisahan yang sulit, dan aku masih mencoba untuk melupakan masa lalu.”

Adrian memandangnya dengan penuh pengertian. “Aku mengerti. Tapi aku ingin menunjukkan bahwa ada sesuatu yang baru dan indah di depan kita. Kadang-kadang, hidup memberikan kejutan yang tidak kita duga.”

Mereka berbicara lama di tepi pantai itu, menghabiskan waktu dengan saling bertukar cerita dan berbagi harapan. Hannah merasa nyaman dan rileks, sesuatu yang tidak pernah ia rasakan setelah perpisahan dari Alex. Adrian menceritakan tentang perjalanan hidupnya, mimpi-mimpinya, dan bagaimana ia selalu merasa ada sesuatu yang hilang sampai ia menemukan lampion yang ia kirimkan kemarin malam.

Hari-hari berlalu, dan Hannah dan Adrian semakin dekat. Mereka menjelajahi pantai, berjalan di bawah bintang-bintang, dan saling mendukung dalam setiap langkah. Adrian selalu membuat Hannah merasa istimewa, seperti dia adalah satu-satunya orang di dunia ini. Mereka berbagi tawa, kesedihan, dan segala hal di antaranya.

Suatu malam, saat bulan purnama bersinar cerah di langit, Adrian membawa Hannah ke sebuah tempat yang indah di tepi pantai, di mana ada sebuah meja kecil dengan lilin dan bunga. Ia memandang Hannah dengan penuh rasa sayang dan berkata, “Hannah, aku tahu kita belum lama mengenal satu sama lain, tapi aku merasa seolah kita telah bersama sepanjang hidupku. Setiap momen yang kita lalui bersama adalah hadiah berharga.”

Hannah merasa air mata menggenang di matanya. “Adrian, aku merasa sama. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, tapi saat ini, aku merasa sangat bahagia berada di sini bersamamu.”

Adrian mengambil tangan Hannah, dan dengan lembut, ia bertanya, “Hannah, maukah kamu menjadi bagian dari hidupku? Aku ingin kita menjelajahi masa depan bersama, mewujudkan impian kita, dan menciptakan kenangan yang indah.”

Hannah tersenyum dengan penuh cinta. “Ya, Adrian. Aku ingin kita melanjutkan perjalanan ini bersama. Aku siap untuk membuka babak baru dalam hidupku denganmu.”

Malam itu, mereka merayakan kebahagiaan mereka di bawah sinar bulan, menikmati setiap detik yang berharga. Cinta mereka, yang dimulai dari lampion di tepi pantai, tumbuh menjadi sesuatu yang indah dan abadi. Mereka mengetahui bahwa terkadang, dalam hidup, kejutan tak terduga bisa membawa kita pada sesuatu yang lebih indah daripada yang pernah kita bayangkan.

Dan di pantai yang sama tempat mereka bertemu, jejak-jejak di atas pasir yang pernah ditinggalkan Hannah kini telah menjadi simbol dari cinta baru yang lahir dan berkembang. Cinta yang tidak hanya menyembuhkan hati, tetapi juga memberikan makna baru pada setiap langkah yang diambil bersama.

By Rangga Saputra

Lihat Juga Karya Tulis Lainnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *