Perjalanan Arya

perjalanan arya

Di bawah terik matahari yang membakar, Hutan Ciptaka berdiri megah dan penuh misteri. Pohon-pohon raksasa yang menjulang tinggi menutupi langit, seakan menghalangi sinar matahari untuk menyentuh tanah. Suara burung-burung hutan dan derak ranting yang diinjak oleh langkah-langkah besar menghiasi kesunyian. Arya, seorang bocah berusia sebelas tahun, berdiri di tepi hutan, mengumpulkan keberanian untuk memasuki belantara tersebut.

Kota Kelara, tempat Arya dibesarkan, adalah tempat yang dipenuhi dengan ketidakadilan dan kebengisan. Di bawah pemerintahan Raja Damar, kota itu dipenuhi oleh para penjaga yang kejam, yang memaksakan aturan-aturan yang mengekang kebebasan rakyatnya. Arya seringkali melihat penderitaan orang-orang di sekelilingnya—kelaparan, kemiskinan, dan ketidakadilan yang merajalela. Tapi hari ini, Arya memutuskan bahwa sudah cukup. Dia akan meninggalkan kota dan mencari kehidupan yang lebih baik di kota lain yang katanya damai dan penuh kebahagiaan—Kota Harmonia.

Dengan tas kecil berisi makanan dan beberapa benda berharga, Arya melangkah masuk ke dalam hutan. Di dalam tasnya, ada juga sebuah peta tua yang dia temukan di perpustakaan kota. Peta itu menunjukkan jalur yang konon akan membawanya ke Kota Harmonia. Namun, keberanian Arya harus diuji lebih jauh daripada yang dia bayangkan.

Tak lama setelah memasuki hutan, Arya mendengar suara langkah-langkah berat di belakangnya. Ketika dia menoleh, terlihat sekelompok penjaga kota, dengan seragam hitam yang menakutkan dan senjata tajam di tangan mereka, sedang mengejarnya. Keringat dingin mengalir di dahi Arya. Dia tahu dia harus cepat bergerak jika ingin selamat.

Hutan Ciptaka adalah labirin yang rumit, dan Arya harus melalui berbagai rintangan. Dia berlari melewati pepohonan yang lebat, terhindar dari akar-akar yang menjalar, dan melompati sungai kecil yang mengalir deras. Setiap detik terasa seperti jam. Arya merasakan kepanikan yang mendera tubuhnya, tapi dia tahu dia tidak boleh menyerah.

Dalam pelariannya, Arya sering berhenti sejenak untuk mengambil napas, sembari mendengarkan suara langkah penjaga yang semakin mendekat. Suatu ketika, Arya menemukan sebuah gua kecil di tepi sungai. Dengan harapan dapat bersembunyi, dia memasuki gua itu dan bersembunyi di dalamnya. Suara langkah-langkah yang semakin dekat membuat hatinya berdebar kencang. Arya berdoa agar penjaga tidak menemukan tempat persembunyiannya.

Setelah beberapa lama, suara langkah-langkah itu menghilang. Arya perlahan keluar dari gua, dan melihat ke langit yang mulai gelap. Malam telah tiba, dan udara menjadi dingin. Dia harus melanjutkan perjalanan sebelum penjaga kembali melacaknya. Arya terus melangkah, kali ini dengan hati-hati dan perlahan.

Hari demi hari berlalu, dan Arya tetap bertahan dalam perjalanan yang melelahkan itu. Hutan Ciptaka menyajikan keindahan yang belum pernah dia lihat sebelumnya—burung-burung berwarna cerah, bunga-bunga liar yang tumbuh di celah-celah batu, dan aliran sungai yang jernih. Namun, keindahan itu juga menyimpan bahaya, seperti binatang buas dan tanaman berbisa. Arya harus berhati-hati agar tidak terjebak dalam jebakan-jebakan yang ada.

Suatu pagi, Arya terbangun di bawah sebuah pohon besar. Dia membuka tasnya dan menemukan sedikit makanan yang tersisa. Ketika dia duduk untuk makan, dia mendengar suara gemericik air dari kejauhan. Arya mengikuti suara itu dan menemukan sebuah danau kecil yang dikelilingi oleh semak-semak. Dia memutuskan untuk beristirahat sejenak di tepi danau dan mengisi botolnya dengan air bersih.

Namun, saat Arya sedang minum, dia melihat sesuatu yang mengejutkan di kejauhan—sekelompok hewan hutan berkumpul di sekitar sebuah batu besar. Di antara hewan-hewan itu, ada seekor rusa yang tampaknya terluka. Arya merasa tergerak untuk membantu. Dengan hati-hati, dia mendekati rusa tersebut dan memeriksa lukanya. Rusa itu tampaknya terkena sebuah jerat, dan Arya dengan hati-hati membebaskannya dari jerat tersebut. Setelah rusa bebas, ia menatap Arya dengan mata penuh rasa terima kasih sebelum melarikan diri ke dalam hutan.

Arya merasa puas telah melakukan sesuatu yang baik, meskipun dia tahu dia harus segera melanjutkan perjalanan. Hutan Ciptaka tampaknya tidak berakhir, dan setiap hari adalah perjuangan untuk bertahan hidup. Arya terus maju dengan tekad yang kuat, berpikir tentang Kota Harmonia yang damai dan bahagia.

Pada suatu malam, saat Arya berkemah di dekat sebuah api unggun kecil, dia melihat sebuah cahaya di kejauhan. Cahaya itu tampak seperti lampu kota. Arya merasa semangatnya kembali bangkit dan berlari menuju cahaya tersebut. Namun, saat dia mendekat, dia menyadari bahwa cahaya itu bukan berasal dari Kota Harmonia, melainkan dari sebuah kamp penjaga yang tersembunyi di dalam hutan.

Arya menyadari bahwa dia harus sangat berhati-hati agar tidak tertangkap oleh para penjaga yang mungkin masih mencarinya. Dia memutuskan untuk melewati kamp tersebut dengan cara yang sangat hati-hati. Dia menunggu hingga malam semakin larut dan suasana menjadi lebih tenang sebelum melanjutkan perjalanannya.

Setelah melewati kamp penjaga, Arya merasa lebih dekat dengan tujuannya. Hutan mulai terlihat lebih terang dan terbuka. Akhirnya, dia mencapai tepi hutan dan melihat pemandangan yang sangat berbeda. Di depan matanya, tampak hamparan padang rumput yang hijau dan kota kecil di kejauhan. Arya merasakan harapan baru dan dengan penuh semangat, dia mulai berlari menuju kota tersebut.

Ketika Arya memasuki kota kecil itu, dia disambut oleh suasana yang sangat berbeda dari Kota Kelara. Jalan-jalan bersih, rumah-rumah yang tertata rapi, dan senyuman ramah dari penduduk setempat membuat Arya merasa seperti baru saja memasuki dunia yang berbeda. Dia merasa tenang dan lega setelah melalui perjalanan yang sangat melelahkan.

Arya segera mengetahui bahwa kota kecil itu adalah bagian dari Kota Harmonia. Masyarakat di sini hidup dalam harmoni dan kebahagiaan, dan pemerintahannya sangat berbeda dari apa yang dia tinggalkan. Arya merasa sangat bersyukur karena perjalanannya yang penuh tantangan akhirnya membawanya ke tempat yang dia impikan.

Meskipun Arya tidak pernah kembali ke Kota Kelara, dia tahu bahwa keputusan untuk meninggalkan kota tersebut adalah keputusan yang benar. Di Kota Harmonia, Arya menemukan kebahagiaan dan rasa aman yang selama ini dia impikan. Perjalanannya mungkin penuh dengan kesulitan dan bahaya, tetapi dia telah membuktikan bahwa dengan tekad dan keberanian, impian bisa menjadi kenyataan.

Baca juga Cerpen Lainnya

1Jejak Impian Di Tanah Asing2

3 Isyarat Luka

  1. ↩︎
  2. ↩︎